Cerp-lechapus.net, JOGJA—Gagal ginjal yang dahulu lebih sering menyerang orang tua, kini semakin ‘dekat’ dengan kalangan muda. Pasien gagal ginjal dari kalangan muda harus cuci darah rutin selama bertahun-tahun.
Ridwan Fadhil salah satu contoh jenis penyakit tidak pandang bulu. Dia baru berusia 22 tahun. Namun pria asal Cianjur, Jawa Barat, tersebut sudah harus bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah. Penyebabnya, dia terkena gagal ginjal. Melalui media sosial, dia berbagi cerita selama dua tahun terakhir rutin cuci darah.
Sebagai salah satu organ tubuh yang penting, ginjal berfungsi untuk menyaring limbah sisa metabolisme dari dalam darah dan membuangnya melalui urine. Apabila fungsi ginjal rusak atau terhenti, limbah yang seharusnya dibuang akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan gagal ginjal.
BACA JUGA : Apa Ciri-ciri Sakit Pinggang Karena Kanker Ginjal? Simak Penjelasannya
Gagal ginjal terkadang sifatnya sementara. Namun bisa juga gagal ginjal berkembang dengan cepat, atau disebut gagal ginjal akut (acute kidney injury). Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Tunggul D. Situmorang, mengatakan sejak dulu penyakit ginjal sebenarnya dapat dialami orang berusia muda, bahkan anak-anak.
Merunut penyebab gagal ginjal, hal itu erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat secara keseluruhan. Contohnya seperti mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, hingga makanan ultra proses seperti sosis dan nugget. Apalagi jika tidak dibarengi dengan olahraga teratur.
Sederet kebiasaan tersebut dapat meningkatkan risiko hipertensi dan diabetes yang dapat menjadi faktor risiko gagal ginjal kronis. “Pola hidup berpengaruh ya, lalu misalnya junk food dan segala macam itu bisa mempengaruhi. Sehingga pada usia yang lebih muda bisa menjadi lebih sering,” kata Tunggul, beberapa waktu lalu.
Gagal ginjal kronis merupakan sebuah penyakit yang kompleks dan tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Penyakit ini dapat melibatkan banyak faktor risiko dan melalui proses yang panjang. Dalam banyak kasus, gagal ginjal kronis dalam tahap awal tidak menunjukkan gejala tertentu. Hal ini yang akhirnya membuat masyarakat baru sadar ada yang salah dengan tubuh mereka ketika fungsi ginjal rusak.
BACA JUGA : Oknum Polri Tersangka Sindikat Penjual Ginjal Terima Rp612 Juta
“Ginjal itu punya sejuta nefron, sesudah yang jutaan itu rusak, baru kelihatan gejala umumnya. Sehingga, orang berpikir itu kejadiannya mendadak,” katanya.
Pada dasarnya, gagal ginjal bisa dicegah. Jika sudah terlanjur kena, dampaknya bisa diperlambat agar tidak sampai ke stadium lima. Kuncinya adalah memperbaiki gaya hidup.
Pembiayaan Triliunan
Pembiayaan pasien gagal ginjal di Indonesia mencapai Rp2,92 triliun pada 2023. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, nilai tersebut untuk pengobatan sekitar 1,5 juta kasus gagal ginjal.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Eva Susanti, mengatakan kasus gagal ginjal di Indonesia cukup tinggi, termasuk dari sisi pembiayaan. Pada 2022, pembiayaan gagal ginjal mencapai Rp2,16 triliun. Setahun kemudian, angkanya naik menjadi Rp2,92 triliun.
Pasien yang mengalami gagal ginjal bisa mengalami kerusakan dan penurunan fungsi ginjal. Alhasil mereka perlu cuci darah atau hemodialisis rutin. Data dari Perhimpunan Dokter Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menemukan 158 ribu pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah.
BACA JUGA : Tanda Ginjal Anda Bermasalah, Salah Satunya Alami Kelelahan Ekstrem
Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan, Ari Dwi Aryani, mengatakan terapi cuci darah bukanlah prosedur yang murah. Setiap sesi cuci darah dapat memerlukan biaya antara Rp800.000 hingga Rp1 juta per sesi. Bagi peserta BPJS Kesehatan, biaya cuci darah untuk terapi gagal ginjal sepenuhnya ditanggung.
Hanya saja bukan berarti hal ini membuat masyarakat lantas abai dengan kesehatannya. Terlebih penyakit gagal ginjal kerap terdeteksi saat fungsi organ tersebut sudah rusak 90 persen. “Kalau BPJS ya porsinya memberikan jaminan pelayanan kesehatan. Tapi persoalan kesehatan nggak cuma di hilir aja, harus ada yang peduli melihat bahwa angka diabetes naik, hipertensi naik,” kata Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News