Harianjogja, JOGJA—Hari Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni. Kali ini, untuk memeriahkannya, ratusan mahasiswa dari berbagai daerah akan menggelar parade etnik. Parade akan dimulai dari Kantor DPRD DIY hingga kawasan Titik Nol Kilometer.
Para mahasiswa akan menampilkan beragam pertunjukkan seni dan budaya dari wilayah masing-masing. Lalu, ada juga penampilan Drumband Gita Dirgantara AAU dan Liong Hoo Hap Hwee Yogyakarta.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Badan Kesbangpol Kota Jogja dengan menggandeng Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Jogja. Sekretaris Badan Kesbangpol Kota Jogja Widyastuti menuturkan setidaknya akan ada 10 kontingen yang tampil. Mulai dari kontingen Sumbar, Jabar, Maluku, Sulten, Kepri, dan Papua Tengah. Ada juga kontingen Bali, Kaltim, DIY, hingga Etnis Tionghoa.
“Keberagaman ini menjadi perhatian serius yang harus di dikelola secara baik agar terjadi pembauran antarsuku, ras, golongan, dan etnis. Baik melalui interaksi antarindividu maupun kelompok,” tutur Widyastuti di Balai Kota Jogja, Kamis (30/5/2024).
Dia menambahkan, parade etnis ini rutin digelar sejak 2019. Kegiatan ini menjadi menarik untuk dilksanakan. Sebab, menurutnya Kota Jogja adalah layaknya Indonesia mini. Beragam perguruan tinggi yang ada menjadikan warga dari luar Kota Jogja datang untuk menimba ilmu.
Nantinya, parade akan mulai bergerak pukul 18.00 WIB dari Kantor DPRD DIY menuju Titik Nol Kilometer. Widyastuti mengajak masyarakat untuk turut serta menyaksikan parade ini. Parade akan dilaksanakan bertepatan dengan diberlakukannya car free night di Malioboro. “Komitmen kami dalam menyelenggarakan parade seni dan budaya untuk memelihara keberagaman,” imbuhnya.
BACA JUGA: Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Pembentukan BPUPKI hingga Pidato Bung Karno
Widyastuti mengatakan, kondisi keberagaman etnis di Kota Jogja cenderung kondusif. Meski pluralisme terbilang tinggi, tapi sejauh ini tak pernah ada gesekan antar etnis di Kota Jogja. Dia mencatat setidaknya ada 135 asrama mahasiswa dari berbagai etnis di Kota Jogja.
Untuk memastikan kondusivitas terjadi antar etnis, Kesbangpol rutin menggelar peningkatan wawasan kebangsaan. Ada juga program Sambang Asrama yang menyasar mahasiswa baru dari luar Kota Jogja. Tujuannya, untuk meninjau secara langsung mahasiswa yang tinggal di asrama. Sekaligus untuk mengetahui persoalan yang tengah mereka hadapi.
“Kami mencoba mengunjungi asrama karena tidak semua asrama besar. Ada juga yang rumah, dan macam-macam. Kesbangpol mencoba menggairahkan toleransi lewat mahasiswa bersama dengan FPK,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News