Sport

Melihat Aliran Wedhus Gembel Bakalan, Saksi Bisu Erupsi Merapi 2010

×

Melihat Aliran Wedhus Gembel Bakalan, Saksi Bisu Erupsi Merapi 2010

Sebarkan artikel ini


Huruf timbul Sleman Volcanic Park akan paling kentara terlihat di situs geologi,Geosite aliran piroklastik Bakalan. monumen yang lebih besar dengan tulisan “Sirna Jalma Lenaning Paningal” akan terlihat tepat di tepi jalan dengan beberapa bongkahan batu yang seperti disatukan dalam sejumlah teralis besi. Selain dua penanda itu, yang terlihat adalah beberapa bangunan yang nampak tak beratap yang sepertinya sudah lama ditinggalkan. 

Siapa sangka dibalik sejumlah penanda yang kentara, situs geologi yang kaya akan pengetahuan sejatinya sudah nampak sedari tadi. Tepat di depan monumen memang ada reruntuhan bangunan yang jika disadari terbilang cukup aneh. Bangunan yang tersisa hanya seperempat bagian dinding, sementara sekelilingnya tertimbun tanah lengkap dengan pepohonan. Ternyata, timbunan tanah yang kini sudah ditimbuhi alang-alang dan pepohonan tersebut adalah sisa rumah warga yang ditimbun berkubik-kubik material panas hingga menyisakan sedikit bangunan saja yang tersingkap.

“Beberapa timbunan erupsi termuda material erupsi Merapi 2010 ini ada dua rumah yang terpendam di sini, yang satu kelihatan atasnya sedikit, yang satu terpendam tidak kelihatan,” terang warga Bakalan, Partono pada Selasa (30/7/2024) menunjuk gundukan tanah yang ternyata material asli erupsi Gunung Merapi 2010.

Saat ditanya mana sisa rumah warga lainnya, Partono hanya menjawab habis. Dari puluhan KK yang tinggal di Bakalan hanya tujuh bangunan dan satu gardu ronda yang nampak tersisa berdiri. Dua kondisinya masih terbilang bagus, sisanya hanya tinggal dinding saksi panasnya material Gunung Merapi. Termasuk masjid tempat monumen berdiri, habis tertimbun material panas setinggi sekitar 20 meter.

Ini salah satu bekas kampung kami ini dulu masjid kampung kami, Masjid Nurul Huda untuk sekarang dijadikan monumen,” ungkapnya. 

BACA JUGA: Geopark Jogja Siap Lakukan Pra Verifikasi untuk Pengusulan sebagai Geopark Nasional

“Kampung kami habis beberapa puluh rumah sudah tidak bisa dipakai, ini kebetulan ada prasasti,” imbuhnya.  

Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 menjadi salah satu letusan besar yang terjadi di Indonesia pada abad ke-21. Letusan eksplosif dengan skala Volcano Eksplosivity Index (VEI) IV mengeluarkan lebih dari 100 juta kubik material. Tinggi kolom letusannya bagkan mencapai lebih dari 10 km dpl. Warga Padukuhan Bajalan yang berjarak 11 kilometer dari puncak merasakan langsung dampak erupsinya. 

Usai dahsyatnya erupsi, penggalian pada timbunan material panas yang telah menjadi gundukan-gundukan setinggi 10-20 meter banyak dilakukan. Untuk mengamankan aliran piroklastik asli dari endapan muda 2010, pemerintah membebaskan lahan seluas sekitar 6000 meter persegi untuk dijadikan Museum Terbuka Bakalan. 

Lewat sejumlah pembangunan, pada 2017 museum tersebut tuntas dan menjadi salah satu wisata edukasi bertaraf manca negara.

“Saat ini wilayah ini dijadikan museum terbuka yang beralamatkan di Bakalan Argomulyo, Museum Terbuka Aliran Piroklastik Bakalan, kita sebagai sumbu imajiner yang dari Merapi itu ada beberapa sungai yang langsung menuju ke pantai itu ada beberapa sungai yang membawa material itu akhirnya ada terjadi gundukan-gundukan pasir itu sebenarnya dari Merapi,” ujarnya. 

Geosite aliran piroklastik Bakalan merupakan kawasan keunikan batuan hasil letusan eksplosif Gunung Merapi 2010 dalam bentuk endapan awan panas. Situs ini merupakan bagian dari fase Merapi Muda berupa endapan piroklastik yang meluap sampai pada tepian dinding Kali Gendol.

“Dinamakan erupsi termuda karena erupsi 2010 itu kan erupsi terakhir sampai saat ini,” ujarnya.

 Kini situs ini berfungsi sebagai laboratorium alam di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana. Situs ini juga menjadi museum terbuka dengan tema erupsi Merapi.

Geosite aliran piroklastik Bakalan menjadi lokasi yang cocok untuk penelitian geologi. Hasil erupsi tersingkap berupa endapan tefra. 

Selain endapan asli Merapi yang tersisa, Museum Terbuka Bakalan juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas. Beberapa di antaranya berupa foto-foto rumah warga sebelum dan sesudah terkena erupsi, hingga alat-alat pertanian yang masih tersisa di dalam museum. Rumah warga yang relatif utuh kini dijadikan museum yang juga kerap digunakan relawan bencana untuk berkumpul. 

Syarat akan edukasi, museum ini dihadiri banyak pengunjung tiap tahunnya. Para akademisi juga kerap singgah ke situs ini. 

“Alhamdulillah banyak, apalagi sekarang akhir-akhir, tiga bulan ini banyak dari mahasiswa terutama di Jogja sering ke sini untuk kunjungan situs geologi, dari Australia juga pernah beberapa kali ke sini,” ungkapnya.

Di Sleman terdapat tujuh Situs Warisan Geologi (Geosite) dari total 15 Geosite yang ada di Geopark Jogja dan diajukan sebagai geopark nasional. Tujuh Situs Warisan Geologi tersebut di antaranya Aliran Piroklastik Bakalan. Perencana Ahli Muda Bappeda Sleman, Boby Rozano menjelaskan alasan pengajuan tujuh geosite untuk menjadi geopark nasional untuk melindungi dan melestarikan situs geoheritage yang memiliki keunikan geologi yang khas. 

“Juga untuk dapat memanfaatkan taman bumi (geopark) berskala nasional secara berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kawasan Geopark Jogja, terutama di Kabupaten Sleman,” ujarnya. 

Keunikan Aliran Piroklastik Bakalan dari sisi Geologi kata Boby ialah sebagai bukti terkini dari peristiwa aktivitas Gunungapi Merapi yang mengalami erupsi dahsyat tahun 2010. 

“Dikenal di dunia dengan tipe Letusan Merapi, menghasilkan aliran material piroklastik (wedhus gembel) yang menimbun permukiman di Dusun Bakalan yang berjarak belasan kilometer dari puncak Merapi sekaligus sebagai tonggak pentingnya upaya pengurangan risiko bencana Gunungapi Merapi,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *