Cerp-lechapus.net, SLEMAN—Sekelompok mahasiswa UGM berhasil mengembangkan Inovasi berupa alat terapi yang terintegrasi mobile application untuk pemantauan saturasi oksigen dan tekanan darah. Alat tersebut diberima ARTERI.
Mahasiswa Teknik Biomedis UGM, Angelia Grace, menjelaskan pengembangan alat berawal dari keprihatinan terhadap pasien stroke mulai dari keterbatasan waktu, pendampingan dalam mengantar pasien ke fisioterapis, keterbatasan fisioterapis yang terkadang tidak dapat ditemui atau bahkan mendadak ganti jadwal.
Sementara evaluasi terapi strok selama ini pada umumnya sangat bergantung pada observasi subjektif dan pengamatan visual terapis. Melihat hal itu, menurutnya diperlukan metode evaluasi yang lebih objektif dan terukur untuk mengidentifikasi perkembangan pasien dan menentukan efektivitas terapi dengan lebih tepat dengan dilengkapi data terapi secara real-time.
“Karenanya kita berlima mahasiswa UGM berusaha mencari solusi dengan membuat alat terapi stroke yang terintegrasi dengan mobile application untuk mengatasi persoalan tersebut,” ujar Grace, di Kampus UGM, Senin (15/7/2024).
Selain Grace, keempat mahasiswa UGM lain yang turut membuat alat ini adalah Bayu Ari Wandyka, Ferhad Zulfas dari Teknologi Reayasa Instrumentasi dan Kontrol, Novy Pratama Andriani dari Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat dan Ganang Fattahuddien Attar dari Kedokteran.
Mendapat pendampingan dan bimbingan dari Maun Budiyanto, para mahasiswa yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) ini mendapat dukungan pendanaan dari Kemendikbudristek 2024.
Ganang Fattahuddien Attar menuturkan saturasi oksigen adalah gambaran kecukupan oksigen dalam tubuh yang bertujuan untuk menentukan terapi yang tepat sedangkan tekanan darah merupakan pemicu pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini tentu sama dengan stroke yang merupakan kondisi terjadinya penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah di otak.
“Hubungan Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen dengan Stroke sendiri yaitu Berkurangnya suplai oksigen ke jaringan yang terdampak stroke terutama stroke iskemik dapat menyebabkan hipoksia di sana. Seseorang dengan stroke akan dievaluasi pernapasannya karena dikhawatirkan akan mengalami hipoksia dan nantinya berpengaruh untuk sel di otak,” katanya.
Bayu Ari Wandyka, menambahkan bahwa cara kerja alat dimulai saat perintah terapi diaktifkan melalui aplikasi ARTERI yang mana terintegrasi dengan IoT, servo akan bergerak keatas dan kebawah sesuai dengan 4 level pengaturan pada aplikasi yang berdasarkan sudut kebawah sesuai dengan 4 level pengaturan pada aplikasi yang berdasarkan sudut 30–40 derajat.
“Dengan memanfaatkan beberapa sensor untuk membaca Saturasi Oksigen serta Tekanan Darah pada pasien serta yang bekerja dengan memanfaatkan konduktivitas sensor yang akan dikonversi menjadi satuan ppm,” ungkapnya.
Setelah didapat nilai saturasi oksigen, detak jantung dan tekanan darah hasil pembacaan kemudian dikirimkan ke cloud server untuk dapat diakses menggunakan laptop maupun smartphone. Pada aplikasi ARTERI sendiri terdiri dari beberapa fitur yaitu fitur hasil tes, grafik progress, video tutorial, Medical Records, dan pengaturan.
“Dengan demikian, ARTERI diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memonitor dan meningkatkan efektivitas terapi stroke, memungkinkan perawatan yang lebih personal dan adaptif berdasarkan respons individual pasien serta pencegahan atau penanganan dini terhadap kondisi ini dapat membantu mencegah komplikasi,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News