Cerp-lechapus.net, JOGJA—Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan membeberkan alasan terkait keamanan di Jogja bukan sekadar situasi melainkan investasi penting. Hal itu disampaikan saat menghadiri diskusi bertajuk Peran Pemuka Agama dalam Mendorong Rekonsiliasi Bangsa; Pasca Pilpres 2024 di GKJ Gondokusuman, Kota Jogja, Rabu (5/6/2024) petang.
Suwondo mengungkap pengertian keamanan di Jogja bukan sekadar situasi, melainkan investasi. Mengingat berbagai aktivitas ekonomi di Jogja baik sektor pendidikan maupun wisata selalu membutuhkan dukungan situasi aman untuk mendatangkan orang atau pengunjung. Keamanan bisa dipertahankan jika setiap individu hingga antar kelompok bisa berhubungan dengan baik dan melakukan aktivitasnya.
BACA JUGA : Kapolda DIY Beri Penghargaan Personel Peraih Medali Kerjurnas Taekwondo Kapolri Cup 2024
“Di Jogja pengertian keamanan itu bukan hanya sekadar situasi, tetapi investasi. Kenapa? dengan situasi Jogja sebagai kota pelajar, kota budaya, kota wisata, maka modal utama seluruh kegiatan itu harus aman,” katanya.
Ia memastikan kondisi Jogja saat ini aman terkendali. Meski demikian Kapolda mengakui sedang memberikan perhatian khusus terhadap kejahatan jalanan yang melibatkan anak-anak. Ia akan melakukan berbagai upaya, agar kejahatan jalanan tersebut bisa hilang secara signifikan.
Suwondo mengatakan terciptanya situasi aman di Jogja bukan sepenuhnya hasil kerja keras Polri, melainkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat yang memiliki komitmen untuk aman dan damai. “[Rasa aman] Ini terjadi kuatnya kerja sama unsur pemerintah, masyarakat termasuk para pemuka agama. Memang kami mengelola tetapi itu terjadi karena semua memiliki kesadaran. Kalau tidak aman jangan harap orangtuanya akan mengirim anaknya kuliah di Jogja. Itulah yang kami sebut keamanan sebagai investasi penting,” katanya.
Dosen Filsafat UGM Leonard Chrusostomos Epafras sepakat bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam menciptakan keamanan di Jogja. Edukasi menjadi upaya yang penting digelar terutama ketika jelang gelaran kompetisi politik seperti Pilkada. Melalui edukasi, masyarakat diharapkan semakin sadar bahwa interaksi politik yang terjadi sebaiknya tidak menimbulkan konflik horisontal.
“Jogja memang ada isu tertentu dinamikanya saya kira dapat diatasi dengan baik, orang Jogja fun senang. Harapannya pertarungan politik, tidak harus menjadi pertarungan horisontal,” ujarnya.
BACA JUGA : Bulan Depan Polda DIY Luncurkan Program Smart City untuk Mencegah Kejahatan Jalanan
Dosen Arizona State University Amerika Serikat Peter Suwarno menjelaskan tentang dampak sentimen agama yang terjadi di Amerika Serikat saat ini pada gelaran Pilpres yang melibatkan Donald Trump. Kondisi tersebut tidak boleh terjadi di Indonesia.
“Saya hanya sharing pengalaman di AS terjadi polarisasi besar-besaran karena kelompok agama, ini menimbulkan banyak kebencian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Ini salah satu kesalahan terlalu fanatik menggebu dalam mendukung satu orang tanpa melihat siapa sebenarnya dia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News