SLEMAN — Perwakilan BKKBN DIY kembali menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang dihadiri oleh mitra kerja BKKBN dari Komisi IX DPRRI H. Sukamto. Sasaran kegiatan adalah ibu-ibu hamil, ibu menyusui, remaja, tokoh masyarakat, dan kader Tim Pendamping Keluarga (TPK). Kegiatan dilaksanakan di Balai Aspirasi Masyarakat, Mlati, Sleman pada Kamis (16/5/2024)
Ketua Pokja Hubungan Antar Lembaga Advokasi dan Kehumasan Rohdhiana Sumariati S, Sos, M.Sc yang mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY menyampaikan bahwa usia pertama menikah yang ideal bagi laki – laki adalah 25 tahun dan 21 tahun bagi perempuan. Selain itu kondisi kesehatan calon pengantin harus diperhatikan, harus dikondisikan dalam keadaan sehat dan siap untuk hamil agar nantinya melahirkan bayi yang sehat dan bebas stunting.
“Salah satu indikatornya adalah ukuran lingkar lengan atas minimal 23,5 cm. Jika kurang berarti calon pengantin putri tersebut terlalu kurus dan belum siap hamil, maka harus memperbaiki asupan gizi sehingga bertambah berat badannya,” jelas Rohdhiana. Ditambahkannya remaja putri agar rajin mengkonsumsi tablet tambah darah sebagai salah satu cara mencegah anemia.
Selanjutnya setelah hamil nantinya agar rajin memeriksakan kehamilan serta tidak lupa segera menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan agar tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan jarak antar kelahiran berikutnya terjaga. Jangan lupakan untuk memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan, imbuh Rhohdhiana.
BACA JUGA: Genjot Penurunan Stunting, BKKBN DIY Adakan Pertemuan Tim Pendamping Keluarga
Ahmad Sopian, M.Pd Widyaiswara BKKBN Pusat menyampaikan cara pendampingan TPK dengan SIDAK yaitu Seleksi, Dampingi dan Aksi baik bagi calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, bayi 0 – 6 bulan, baduta, dan balita. Sopian juga menjelaskan tentang ABCDE bebas stunting, yaitu (A) Aktif minum tablet tambah darah, (B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 8 kali, (C) Cukupi konsumsi protein hewani, (D) Datang ke Posyandu setiap bulan, dan (E) Eksklusif ASI selama 6 bulan.
Kepala OPDKB Sleman yang dalam hal ini diwakili oleh Dra. Dwi Wiharyanti, M.Si menyampaikan bahwa angka stuntinģ Seman 2023 turun menjadi 12,4%. Diharapkan Sleman dapat mendekati zero stunting di 2024 dengan mengoptimalkan kegiatan poktan dan pencegahan dari remaja, catin, ibu hamil, dan mengindari 4T atau 4 Terlalu. Yaitu terlalu muda atau terlalu tua saat hamil, dan terlalu dekat serta terlalu sering hamil/melahirkan.
Mengakhiri sosialisasi ini Anggota Komisi IX DPR RI dari Dapil DIY H. Sukamto mengingatkan bahwa mencegah stunting sangatlah penting untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Sebab balita saat ini adalah kelompok usia produktif pada 2045 nanti. Kualitas dan produktivitas Generasi Emas pada periode tersebut sangat ditentukan oleh kondisi balita saat ini. Maka upaya mencegah balita agar tidak stunting merupakan langkah penting bagi kejayaan Indonesia di masa mendatang. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News