Cerp-lechapus.net, JOGJA—Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan menggelar upacara adat wiwitan, Selasa (6/8/2024). Ini merupakan upacara adat panen padi yang dilaksanakan di salah satu lahan pertanian di Kelurahan Wirogunan.
Lurah Wirogunan Siti Mahmudah Setyaningsih menuturkan ini merupakan upacara adat wiwitan yang kedua kalinya dilaksanakan. Kali ini pihaknya mendapatkan dukungan dari Dinas Kebudayaan Kota Jogja.
BACA JUGA: Penambahan Terluas di Indonesia, Areal Tanam Padi di Jateng Meluas hingga 110.265 Hektare
Siti menyebut, upacara adat wiwitan ini merupakan wujud rasa syukur warga Wirogunan atas melimpahnya hasil panen padi sekaligus sebagai upaya nguri-uri kebudayaan Jawa.
“Juga bersedekah kepada sesama untuk kesejahteraan warga dan sebagai ajang silaturahmi warga Kelurahan Wirogunan,” ujar Siti saat ditemui, Selasa (6/8/2024).
Siti mengatakan, lahan sawah yang ada di wilayahnya mencapai 3,8 hektar. Ini merupakan aset pribadi warga. Sawah digarap oleh 6 warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Rahayu Santoso. Selama ini, sawah punya 3 kali masa tanam dalam satu tahun. Panjang masa tanam rata-rata 96-115 hari. Dalam sekali panen, padi yang dihasilkan mencapai 7 ton perhektarnya.
“Rata-rata sawah di Wirogunan menghasilkan 24 ton dalam satu kali panen,” imbuhnya.
Siti menuturkan selama ini tak pernah ada kendala dalam proses penanaman hingga panen padi. Sebab, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja turut melakukan pemantauan melalui penyuluh pertanian lapangan. Bantuan turut diberikan mulai dari benih hingga pupuk.
Menurut Siti, terkait pengairan juga tak ada persoalan. Sawah di Wirogunan dialiri oleh saluran irigasi. Ke depan, pihaknya akan membuat konsep sawah yang ada menjadi potensi wisata.
“Potensi ini akan kami jadikan agrowisata. Perlu dukungan dari berbagai pihak, dari RKB, Pokdarwis dan pelaku usaha yg ada di Wirogunan,” tuturnya.
Penjabat Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto turut melakukan panen padi secara simbolis. Dia mengaku mengapresiasi gelaran upacara adat wiwitan ini. Kegiatan ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya sekaligus menjaga lahan pertanian yang tersisa di Kota Jogja.
Sugeng menyebut wiwitan merupakan wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Ini juga bisa dikemas menjadi potensi pariwisata.
“Kalau ini dilestarikan menjadi sesuatu yang unik. Ini menjadi aset agrowisata dan bisa menjadi aset budaya yang selanjutnya bisa dikemas untuk memberikan kesempatan pengembangan ekonomi oleh masyarakat,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News