Sport

15 Duta Anak Jogja Dikukuhkan, Bertugas Jadi Pelopor Edukasi Sekaligus dan Pelapor Kekerasan

×

15 Duta Anak Jogja Dikukuhkan, Bertugas Jadi Pelopor Edukasi Sekaligus dan Pelapor Kekerasan

Sebarkan artikel ini



JOGJA—Pemkot Jogja menggelar puncak peringatan Hari Anak Nasional di Lapangan Balai Kota Jogja, Kamis (1/8/2024). Pada kegiatan ini sebanyak 15 Duta Anak turut dikukuhkan. Beberapa di antaranya mewakili pelajar SD, SMP, hingga SMA/ SMK, dan disabilitas.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2B) Kota Jogja, Sarmin menuturkan 15 Duta Anak itu punya dua tugas, yakni pelopor dan pelapor.

Duta anak diharapkan bisa menjadi pelopor edukasi soal kekerasan terhadap anak. “Sekaligus sebagai pelapor terkait dengan adanya kekerasan di lingkungan mereka, mereka akan berani speak up,” ujar Sarmin saat ditemui di Balai Kota Jogja, Kamis (1/8/2024).

Sarmin menuturkan, kebanyakan kasus kekerasan tak muncul ke permukaan. Ini berdasarkan dari pengamatan lapangan Satgas Sigrak (Siap Gerak Atasi Kekerasan).

Apalagi pelaku kasus kekerasan kepada anak dan perempuan didominasi oleh orang-orang terdekat. Menurut Sarmin, korban cenderung memilih diam dan tidak melapor lantaran khawatir kasus justru akan makin ter-blow up.

“Padahal kami pastikan ketika itu nanti disampaikan laporan ke kami, kami tidak akan menceraikan kalau pelakunya suami terhadap istri. Kedua, bukan untuk memidanakan seseorang, tujuan kami bukan itu. Kami menjamin secara trauma, baik trauma psikis, fisik akan kita dampingi dulu,” jelasnya.

Puspaga

Dia menambahkan, DP3AP2KB juga terus mengaktifkan pusat pembelajaran keluarga (Puspaga) melalui UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Ini menjadi langkah preventif terjadinya kekerasan di dalam keluarga.

Melalui Puspaga, keluarga akan diberi edukasi, sosialisasi, dan pendampingan. Jangan sampai keluarga terpapar kasus kekerasan. Sarmin mencatat, sejauh ini kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih jadi kasus kekerasan tertinggi di Kota Jogja.

“Terjadinya di keluarga, tapi pelakunya belum tentu dari anggota keluarga. Bisa jadi tetangga, teman, atau dari kekasihnya,” tutur Sarmin.

Dia menyebut momentum Hari Anak Nasional ini merupakan ajang apresiasi Pemkot Jogja kepada anak-anak. Hak anak harus dihargai. Berbagai gelaran event yang diinisiasi oleh Pemkot Jogja juga diharapkan bisa menjadi wadah bagi anak untuk menyalurkan bakar dan aspirasi.

“Kami berharap dengan adanya peringatan Hari Anak ini akan menjadi sebuah sosialisasi edukasi kepada masyarakat. Anak punya hak tumbuh dan berkembang dan itu harus dihargai agar Kota Jogja jadi kota layak anak,” ungkapnya.

Penjabat Wali Kota Jogja, Sugeng Purwanto menyebut semua pihak didorong untuk turut memenuhi hak anak. Tak hanya pemerintah, tetapi juga pelaku usaha, hingga masyarakat secara luas.

Pasalnya ini akan mendukung tumbuh kembang anak dan akan berpengaruh pada generasi penerus bangsa. Meskipun, dia tak memungkiri ada berbagai kendala untuk menciptakan Kota Jogja sebagai kota ramah anak.

“Ada pengaruh gadget, kemudian kondisi situasi kehidupan modern yang nota bene ada sisi negatif. Kalau tidak diperhatikan akan menyababkan anak kita terpngaruh budaya yang jauh dari akar roh budayanya sendiri,” tuturnya.

Di sisi lain, orang tua punya peran penting dalam memberikan pendidikan kepada anak. Sugeng mengatakan, pendidikan pertama anak didapatkan dari keluarga.

“Peran orang tua adalah pendidikan pertama di rumah. Pendidikan yang utama untuk situasi saat ini adalah budi pekerti harus ditanamkan sejak dini,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *