Sport

Majukan Industri Makanan dan Minuman di Jogja, Java Cocktail Championship 2024 Digelar

×

Majukan Industri Makanan dan Minuman di Jogja, Java Cocktail Championship 2024 Digelar

Sebarkan artikel ini



Cerp-lechapus.net, JOGJA – Industri makanan dan minuman atau food and baverage (FnB) Jogja berkembang pesat setelah pandemi Covid-19 usai. Ramainya kembali kunjungan wisatawan ke kota ini membuat pelaku FnB terus berbenah agar meningkatkan layanan kepada pengunjung. 

Upaya itu ditunjukkan dengan gelaran Java Cocktail Championship 2024 di Jambuluwuk Hotel yang berlangsung selama dua hari Selasa dan Rabu (25-26/6/2024). Agenda ini merupakan lomba meracik cocktail yang rutin dihelat setiap tahunnya. 

Puluhan peserta yang berpartisipasi saling beradu ide mengeluarkan teknik dan metode masing-masing untuk membuat cocktail bercita rasa juara. Mereka harus berpacu dengan waktu meracik minuman dengan bahan baku khas dari wilayah masing-masing. 

Perwakilan panitia Antonius Felik mengatakan, dalam gelaran Java Cocktail Championship itu peserta diharuskan membuat kreasi minuman dan mempresentasikannya kepada dewan juri. Cocktail yang dihasilkan harus bercita rasa enak dan unik bagi orang awam. 

“Kami mengangkat tema culture sinergy yang mewajibkan peserta membawa bahan baku khas dari daerah masing-masing,” katanya. 

BACA JUGA: Kemenperin: Industri Makan dan Minum Tumbuh 5,35 Persen di Kuartal Pertama 2023

Menurut Antonius, total ada 34 peserta dari berbagai daerah yang berpartisipasi dalam agenda itu. Tiga dewan juri dihadirkan untuk menilai proses pembuatan dan tampilan cocktail serta cita rasa yang dibuat oleh masing-masing bartender. 

“Dua juri dari perwakilan hotel yang akan menilai tampilan dan rasa cocktail sementara satu lagi akan melihat proses pembuatannya mulai dari cara mengemas dan berapa banyak bahan baku yang tumpah itu dinilai juga,” ujarnya. 

Erika salah seorang peserta dari Barley & Barrel mengusung cocktail dengan nama behind the sky pada ajang itu. Dirinya mengaku minuman yang dibuatnya tersebut terinspirasi dari upacara larung sesaji di kawasan pesisir selatan Gunungkidul. Prosesi itu merupakan bentuk rasa syukur masyarakat kepada sang pencipta atas kelemahan berkat yang diterima. 

“Bahan-bahannya juga saya ambil sebagian dari prosesi upacara adat itu. Ada bunga tujuh rupa, sedikit wine dan wiski serta anggur laut dan green olive. Ada juga beberapa bahan racikan lain yang saya buat sendiri sehingga menghasilkan behind the sky yang bercita rasa gurih dan sedikit pedas,” pungkas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *