Cerp-lechapus.net, GUNUNGKIDUL—Bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul menyebabkan gagal panen di sejumlah wilayah di Bumi Handayani. Salah satu wilayah yang terdampak yaitu Kapanewon Semin.
Di wilayah ini, ada 242 hektar (ha) lahan pertanian gagal panen. Kerugian ditaksir mencapai Rp1,6 miliar. Lahan pertanian ini merupakan tadah hujan.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) UPTD BPTP Dinas Pertanian Pangan (DPP) Gunungkidul, Nuryadi mengatakan ada 1.939 lahan pertanian padi di Kapanewon Semin. Tanaman padi yang terselamatkan mencapai 1.697 ha ini berada di dekat Sungai Oya.
BACA JUGA: Mulai Panen Raya, Stok Gabah di Sleman Diperkirakan Bertambah 2.374,7 Ton
Kelompok Tani (KT) dapat menarik air menggunakan diesel. Lokasi terparah berada di Kalurahan Sumberejo. “Paling tidak kalau kerugian per hektar ya Rp7 jutaan. Tinggal dikalikan saja dengan luas puso,” kata Nuryadi dihubungi, Rabu, (17/7).
Nuryadi menambahkan petani telah menanam dan terburu-buru menanam padahal hujan turun hanya satu-dua hari. Mayoritas petani yang menanam pada Mei 2024 mengalami gagal tanam.
Sebenarnya, DPP telah menyarankan agar petani dapat menanam pada April 2024 awal. Penanaman pun harus menggunakan padi varietas umur panen pendek seperti N70, Cakrabuana, Padjajaran. Padi varietas ini dapat panen dalam waktu 70 hari.
Adapun padi varietas umur panen panjang seperti Ciherang, IR64 baru dapat panen dalam waktu di atas 110 hari – 120 hari.
“Kami sudah menganjurkan untuk segera menanam dan pakai varietas jangka pendek. Petani justru ada yang menanam akhir-akhir ini. Ketika ada hujan dua-tiga hari petani malah menanam. Tanaman memang tumbuh tapi kemudian ditinggal sumber air,” katanya.
Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan kekeringan paling banyak terjadi di Kapanewon Semin dan Ngawen. Kekeringan puso di Semin mencapai 242 ha, kekeringan sedang ada 70 ha, dan kekeringan berat ada 108 ha; lalu kekeringan puso di Ngawen mencapai 92 ha, sedang ada 35 ha, dan berat ada 65 ha.
Kondisi kekeringan, kata Raharjo sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi pertanian, meski beberapa lokasi pertanaman masih tersedia sumber air. Guna mencegah gagal panen akibat kekurangan air, DPP telah memberi rekomendasi BBM solar bersubsidi untuk operasional pompa air tanah dalam. Dengan begitu, biaya lebih murah dan terjangkau petani. Rekomendasi diberikan ke kelompok tani (KT) atau perkumpulan petani pemakai air (P3A) pengelola pompa irigasi.
Selain itu, ada juga penyaluran pemberian bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian. Kata dia, ada 54 unit pompa air 3 inch, 4 inch, dan 6 inch telah disalurkan sampai dengan Juli 2024.
Ada 21 KT yang telah mendapat bantuan tersebut dengan rincian di Kapanewon Wonosari ada tiga KT, Paliyan ada satu KT, dan Semin ada tujuh belas KT.
“Kami juga membangun irigasi perpompaan dan irigasi perpipaan 42 unit sebagai mitigasi dan antisipasi ke depan jika ada terjadi kekeringan tidak terlalu luas,” kata Raharjo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News